STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN
(KASUS WILAYAH KEPULAUAN PANGKEP)
STRATEGY OF FISHERIES MANAGEMENT
(THE CASE PANGKEP ISLANDS OF REGION)
Patang
Staf Pengajar pada Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar
Alamat: Kampus UNM Parangtambung Lt. 1 Gedung Teknol Fakultas Teknik, UNM
Tlp. 0411-864935 Ps.120, e-mail: ptpft_unm@yahoo.com
ABSTRAK
Kecamatan Liukang Kalmas dan Tangaya memiliki potensi laut yang sangat besar, namun pemanfaatan dan hasilnya belum memberikan pengaruh yang signifikan kepada Kabupaten Pangkep, bahkan ada kecenderungan hasilnya keluar dari daerah Pangkep.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengelolaan perikanan di Kabupaten Pangkep khususnya di Kecamatan Liukang Tangaya dan Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September 2012. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan dan sekunder dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara terstruktur dan metode pustaka. Selanjutnya, data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan strategi pengelolaan dan pengembangan perikanan yang dapat diterapkan di Kecamatan Liukang Kalmas dan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkep yaitu pemanfaatan sumberdaya laut secara optimal, menghindari eksploitasi laut secara berlebihan, penangkapan ikan di daerah potensial dengan alat tangkap yang ramah lingkungan, diversifikasi usaha, peningkatan pengetahuian, keterampilan dan kapasitas nelayan, pengaturan tata kelola laut, penggunaan sarana dan prasarana secara optimal dan teknologi tepat guna, pemanfaatan zona penangkapan, serta memperluas akses permodalan dan pasar.
Kata kunci: Strategi, pengelolaan, perikanan
ABSTRACT
Subdistrict Liukang Kalmas and Tangaya has a huge marine potential, but the use and the results are not yet a significant influence to Pangkep, there is even a tendency Pangkep result out of the area.
This study aims to determine strategies of fisheries management, especially in the District Pangkep Liukang Tangaya and Liukang Kalmas Pangkep. This study was conducted in July-September 2012. The data collected in this study consists of secondary and primary data and the methods of collecting data through observation, structured interviews and a literature method. Furthermore, the data collected were processed and analyzed with descriptive analysis and SWOT analysis.
The results showed fisheries management and development strategies that can be implemented in District Liukang Kalmas and Liukang Tangaya Pangkep optimal utilization of marine resources, avoid excessive exploitation of the sea, fishing in the area with the potential of environmentally friendly fishing gear, diversification, increased knowledge, skills and capacity of fishing, ocean governance arrangements, use of facilities and infrastructure in an optimal and appropriate technology, the use of arrest zone, as well as expand access to capital and markets.
Keywords: strategy, management, and fisheries
PENDAHULUAN
Industri perikanan tangkap di Indonesia merupakan industri yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari potensi sumberdaya perikanan yang terkandung di wilayah perairan nasional dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yang mencapai lebih dari 6 juta ton/tahun. Potensi yang berlimpah tersebut juga didukung oleh keanekaragaman biota laut yang mencapai ribuan spesies. Namun, pemanfaatan potensi sumberdaya yang melimpah tersebut belum optimal, khususnya untuk perairan samudera. Hal ini dikarenakan terbatasnya ukuran kapal yang digunakan untuk menangkap ikan. Kapal merupakan sarana utama yang diperlukan untuk melakukan kegiatan perikanan, seperti pengangkutan, penangkapan ikan, dan penelitian (Rumanti, 2010).
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dicirikan dengan wilayah perairannya lebih luas dibandingkan daratannya dengan perbandingan 1 berbanding 17. Kabupaten Pangkep memiliki 117 pulau dan hanya 80 diantara yang berpenghuni, terbagi dalam 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tuppabiring, Kecamatan Liukang Kalmas dan Liukang Tangayya. Wilayah laut di Kabupaten Pangkep lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratannya. Oleh sebab itu, jika wilayah laut ini dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, maka akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Pangkep. Dari 12 kecamatan yang berada di Kabupaten Pangkep, maka terdapat kecamatan yang memiliki wilayah laut yang sangat luas bahkan berbatasan dengan wilayah terluar di Kabupaten Pangkep yaitu Kecamatan Liukang Tangaya dan Liukang Kalmas.
Masyarakat di dua kecamatan ini dalam berkomunikasi dengan dunia luar khususnya ibu kota Pangkep dan Makassar telah memanfaatkan sarana transportasi laut berupa kapal perintis bantuan dari Kementerian Perhubungan RI. Kapal Perintis yang akan melayani masyarakat kedua kecamatan terdepan di Kabupatan Pangkep berukuran 350 dwt dengan daya tampung kurang lebih 90 penumpang dan 70 ton barang. Kapal perintis ini telah didesign khusus untuk melayani rute di Kecamatan Liukang Kalmas dan Tangaya termasuk ketahanan menghadapi gelombang laut antara 1-2 meter dengan kondisi perairan yang banyak mengandung karang.
Penduduk Kabupaten Pangkep yang menetap di pulau-pulau kecil umumnya menggeluti usaha pemanfaatan sumberdaya laut, baik sebagai nelayan penangkap maupun pembudidaya. Lokasi penangkapan mereka berupa areal yang disebut taka yakni terumbu karang yang hidup di perairan yang relatif dangkal (reef patch). Nelayan dari daerah lain seperti Makassar, Sulawesi Barat, Bali, NTB, NTT, Madura, Sinjai, Takalar, seringkali beroperasi di wilayah kepulauan Liukang Tangaya.
Para nelayan pendatang tersebut menggunakan berbagai macam alat tangkap seperti, rumpon, purse seine (gae), pancing, bom, bius dan pukat, untuk mendapatkan hasil laut. Sementara itu, jumlah alat tangkap ikan laut yang banyak digunakan nelayan lokal jaring insang tetap 991 unit, alat tangkap pancing 347 unit, dan pukat cincin 115 unit dan alat tangkap lainnya. Jenis ikan yang ditangkap antara lain ikan torani, lobster, kerapu, sunu, napoleon, katambak, tendro, teri, bawal hitam, gurita, tuna, cakalang, cucut, kerang-kerangan, baronang, ekor kuning, rapporappo dan ikan layang.
Potensi perikanan Kabupaten Pangkep terdiri atas hasil tangkapan perikanan laut mencapai 7.944,3 ton dan budidaya rumput laut 7.174 ton. Adapun jenis ikan di perairan Pangkep adalah peperek, gerot-gerot, kakap merah, kerapu, lencam, cucut, pari, layang, selar, kuwe, tetengkek, tenggiri, belanak, teripang, tembang, lamuru, kembung, gulama, cakalang, rajungan, udang putih, cumi-cumi, bawal putih, senanging, udang (dogol, windu, kipas), japuh, terubuk, tuna, teri, dan lain-lain.
Mengingat Kecamatan Liukang Kalmas dan Liukang Tangaya memiliki potensi perikanan yang cukup besar, maka diperlukan strategi yang baik dalam pengelolaan dan pengembangannya.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengelolaan perikanan di Kabupaten Pangkep khususnya di Kecamatan Liukang Tangaya dan Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Liukang Tangaya dan Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia pada bulan Juli-Oktober 2012. Penentuan lokasi ini karena kedua kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan dan sekunder dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara terstruktur dan metode pustaka. Selanjutnya, data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT yang terdiri atas Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threat (ancaman) (Rangkuti, 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa Aspek Sektor Kelautan dan Perikanan
Terumbu karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem pantai yang banyak manfaatnya, selain berfungsi sebagai pelindung pantai dari gempuran ombak, juga berfungsi sebagai tempat hidup dan mencari makan berbagai jenis ikan. Namun demikian sejalan dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan dan sulitnya mata pencaharian di darat telah memaksa nelayan untuk melakukan penangkapan ikan dengan cara menggunakan bahan peledak. Akibatnya banyak karang yang hancur, dan ikan-ikan kehilangan tempat tinggal dan tempat mencari makan. Selain itu pemanfaatan terumbu karang sebagai bahan bangunan juga merupakan andil rusaknya 73 terumbu karang (Edward dan Tarigan, 2003). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang yang hidup di ketiga desa yaitu Desa Lohia, Napabalano dan Motewe berkisar 0-25% atau dikatakan dalam kondisi rusak dan miskin, namun kondisi hidrologi masih sesuai sehingga dapat dikatakan bahwa kerusakan dan miskinnya terumbu karang di perairan Raha bukan disebabkan kondisi hidrologinya.
Pendekatan konservasi dalam menetapkan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkep adalah didasarkan pada tingginya angka kerusakan terumbu karang. Pada tahun, COREMAP melaporkan kondisi terumbu karang di Kabupaten Pangkep 74,26% dalam kondisi rusak dan hanya 25,74% dalam kondisi baik dari total luas keseluruhan terumbu karang sebesar 27.027,71 ha. Kondisi ini sangat memprihatinkan, olehnya itu diperlukan upaya maksimal dan secepat mungkin dalam mengatasi masalah tersebut, sebab bila tidak, bukan saja kita kehilangan sumber keanekaragaman plasma nutfah, ekosistem pendukung kehidupan dan penyangga sumberdaya pangan, tetapi juga hampir sekitar 53.355 jiwa lebih terancam kehilangan mata pencaharian.
Over fishing dan Stock Ikan
Produksi perikanan tangkap dari perairan pantai di Kabupaten Pangkep cenderung menunjukan gejala over fishing (kelebihan tangkapan) yang ditunjukan dengan penurunan produksi ikan tangkapan. Selain itu, dengan keberadaan stok ikan yang semakin menipis memaksa nelayan untuk memperluas daerah penangkapannya sampai melintasi teritorial lain bahkan sampai lintas propinsi yang terkadang menimbulkan konflik kepentingan dengan nelayan setempat.
Pengelolaan kelautan dan perikanan saat ini sudah sangat berkembang dengan cepat, jika hal ini tidak diatur secara bijak akan menimbulkan masalah pengelolaan dimasa kini dan yang akan datang. Permasalahan yang dihadapi sektor kelautan dan perikanan saat ini adalah Illegal fishing. Unreported, dan Unregulated (IUU Fishing) permasalahan ini ditimbulkan karena masih rendahnya sistem pengawasan dan pengendalian terhadap sektor kelautan dan perikanan. Jika permasalahan ini berlangsung secara terus menerus akan menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi negara (Mochammad, 2006).
Usaha Perikanan
Sebagian besar pelaku usaha perikanan tangkap adalah nelayan kecil dengan menggunakan motor tempel yang daya jelajahnya sempit dan kemampuan tangkapnya relatif kecil dibandingkan dengan biaya produksinya. Dampak yang diakibatkan adalah tidak seimbangnya biaya produksi penangkapan ikan dengan nilai produksi yang diperoleh. sehingga tingkat kesejahteraan nelayan relatif tidak meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan hasil penelitian Ety (2002) yang melakukan analisis SWOT terhadap usaha perikanan di Kabupaten Bogor menyatakan strategi yang dapat dikembangkan adalah 1) pemanfaatan potensi dalam peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun luar daerah dan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, 2) pengembangan usaha perikanan dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada, serta 3) meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat untuk melindungi sumberdaya perikanan. Selanjutnya, menurut Anggia (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi usaha perikanan tangkap dapat dilihat melalui lima aspek yaitu aspek teknis, aspek produktivitas, aspek pemasaran, aspek sosial dan aspek finansial.
Nelayan dari daerah lain yang menangkap ikan di Kabupaten Pangkep
Penduduk Kabupaten Pangkep yang menetap di pulau-pulau kecil umumnya melakukan usaha pemanfaatan sumberdaya laut, baik sebagai nelayan penangkap maupun pembudidaya. Lokasi penangkapan mereka berupa areal yang disebut taka yakni terumbu karang yang hidup di perairan yang relatif dangkal (reef patch). Nelayan dari daerah lain seperti Makassar, Sulawesi Barat, Bali, NTB, NTT, Madura, Sinjai, Takalar, seringkali beroperasi di wilayah kepulauan Liukang Tangngayya. Para nelayan pendatang tersebut menggunakan berbagai macam alat tangkap seperti, rumpon, gae, pancing, bom, bius dan pukat, untuk mendapatkan hasil laut.
Sementara itu, jumlah alat tangkap ikan laut yang banyak digunakan nelayan lokal jaring insang tetap 991 unit, alat tangkap pancing 347 unit, dan pukat cincin 115 unit dan alat tangkap lainnya. Jenis ikan yang ditangkap antara lain ikan torani, lobster, kerapu, sunu, napoleon, katambak, tendro, teri, bawal hitam, gurita, tuna, cakalang, cucut, kerang-kerangan, baronang, ekor kuning, rapporappo dan ikan layang.
Industri pengolahan ikan
Sampai saat ini industri pengolahan ikan di wilayah pulau-pulau termasuk di Kecamatan Liukang Kalmas dan Tangaya masih belum optimal, padahal jika dilaksanakan secara optimal usaha perikanan ini dapat memberikan pendapatan dan kesejahteraan yang tinggi kepada para nelayan.
Jejaring sosial (social networking) tingkat nelayan dan kelompok nelayan
Jejaring sosial atau social networking adalah suatu bangunan/model/struktur sosial yang dibentuk dari ikatan-ikatan sosial baik pada tingkatan individual atau kelompok/ ataupun kegiatan lain yang terkait. Dalam Jejaring sosial ini terdapat hubungan relasional yang khas (spesifik). Kekhasan ini dapat ditentukan oleh kesamaan / kesamaan seperti nilai, visi, misi, tujuan, pekerjaan dan sebagainya. Dalam jejaring sosial, individu atau kelompok merupakan simpul-simpul yang satu dengan lainnya saling terkait.
Bentuk jaringan sosial kelompok nelayan adalah suatu bangunan/struktur sosial yang didalamnya terdapat ikatan atau simpul-simpul hubungan baik hubungan sesama nelayan ataupun antara kelompok nelayan maupun lembaga lain yang memiliki keterkaitan dalam bidang perikanan. Oleh karena itu bila dirinci, jaringan sosial itu ini terdiri dari hubungan/relasi antara nelayan dengan nelayan, nelayan dengan kelompok nelayan, kelompok nelayan dengan kelompok nelayan lain serta kelompok nelayan dengan lembaga lain yang terkait.
Ditinjau dari posisi atau tingkat hubungan, antar relasi ini dapat bersifat hubungan horisontal (sejajar) dan hubungan yang sifatnya vertikal (atas-bawah). Hubungan sejajar terjadi bila ada kesamaan posisi tawar antar pelaku relasi dalam jejaring tersebut. dan relasi vertikal terjadi ketika ada perbedaan posisi tawar diantara mereka.
Jejaring sosial kelompok nelayan menjadi penting perannya dalam pemberdayaan masyarakat nelayan. Fungsi tersebut antara lain meningkatkan kemampuan dan pengetahuan tentang perikanan melalui proses pembelajaran bersama, meningkatkan kinerja individu maupun bersama, meningkatkan kemampuan untuk mengatasi masalah secara bersama-sama, menghasilkan pemikiran-pemikiran baru / inovasi, serta memperkuat modal dalam berusaha.
Sentra Kegiatan Kelautan dan Perikanan
Salah satu isu strategis tentang sarana dan prasarana infrastruktur wilayah dan permukiman yang menunjang Kabupaten Pangkep utamanya pada daerah-daerah pesisir maupun pulau-pulau (desa tertingggal) adalah terbatasnya penanganan sarana dan prasarana transportasi, lemahnya peraturan sumberdaya alam dan kelautan terutama sarana dan prasarana penataan ruang serta rendahnya fasilitas untuk pengembangan ekonomi sosial masyarakat.
Menurut Nova (2011) Rumusan strategi berdasarkan urutan prioritas untuk mengelola perikanan yang berbasis di Kenjeran adalah:, (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (2) mengembangkan kelembagaan dan organisasi pengelolaan perikanan tangkap, (3) meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan perikanan tangkap, (4) membuat kebijakan untuk pengaturan pengelolaan perikanan tangkap, (5) meningkatkan pengawasan kegiatan penangkapan ikan, (6) meningkatkan pengawasan daerah pesisir dan (7) mengendalikan armada perikanan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya ikan.
Menurut Riana (2002), alternatif strategi pengembangan sektor perikanan adalah meningkatkan dan mempermudah akses masyarakat terhadap teknologi, modal, pasar dan informasi pembangunan, pendayagunaan sumberdaya perikanan berdasarkan potensi, permintaan pasar dan daya dukung lingkungannya, peningkatan sumberdaya manusia dan keterampilan usaha, pengelolaan bisnis skala kecil dan penguasaan teknologi dengan melibatkan pemerintah, pengusaha, akademisi dan nelayan/petani ikan.
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kepulauan
Tingkat kesejahteraan merupakan taraf hidup yang berdasarkan keseimbangan pendapatan dan kebutuhan. Hampir sebagian nelayan kita masih hidup dibawah garis kemiskinan dengan pendapatan kurang dari satu juta rupiah per kapita per bulan. Jika dilihat dalam konteks Millenium Development Goal, pendapatan sebesar ini sudah termasuk dalam extreme poverty. Sebuah ironi kehidupan masyarakat pesisir Kabupaten Pangkep, yakni hidup miskin ditengah sumberdaya perikanan yang melimpah di sekitarnya. Berbagai faktor kemudian menjadi sebab kemiskinan ini, tingkat pendidikan, kepemilikan alat produksi, manajemen keuangan rumah tangga, teknologi rendah hingga dampak sistemik dari kemiskinan.
Secara keselurahan, masyarakat nelayan masih sangat identik dengan kemiskinan. Hal ini harus menjadi perhatian serius seluruh stakeholder yang ada, dimana di perlukan sebuah konsepsi yang jelas dan konsisten dalam pengurangan angka kemiskinan di kabupaten Pangkep khususnya di wilayah kecamatan kepulauan.
Sejalan dengan pembangunan yang sedang dan sudah dilakukan di seluruh wilayah pantai Indonesia, maka kerusakan pantai dari hari ke hari semakin terasa akibatnya. Penurunan kualitas lingkungan atau ekosistem makin terasa dan juga berdampak baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap segi-segi kehidupan ekonomi, sosial dan budaya (Sukojo, 2003).
Penangkapan ikan tidak ramah lingkungan (PITRal)
Salah satu isu faktual dan penting dalam hubungannya dengan aktivitas sosial ekonomi masyarakat adalah penangkapan ikan tidak ramah lingkungan. Aktivitas ini merupakan penyebab utama kerusakan dan kehancuran ekosistem terumbu karang dimana menggunakan bahan peledak dan bius (Potassium Cyanide) untuk menangkap ikan. Kegiatan PITRal di kepulauan Spermonde (Pangkep) bukan lagi menjadi sesuatu yang asing. Berdasarkan data DFW (Destructive Fishing Watch) menyatakan bahwa PITRal membuat kawasan ini menjadi sangat mengkhawatirkan bahkan pada banyak pulau kondis terumbu karangnya sudah sangat buruk.
Kondisi penegakan hukum yang sangat lemah mendukung keberlangsungan kegiatan ini. Banyak kasus-kasus PITRal yang di tangani aparat penegak hukum tidak sampai ke meja pengadilan, bahkan bukan menjadi rahasia lagi bahwa banyak oknum aparat yang menjadi becking kegiatan ini. Situasi ini penting untuk menjadi perhatian seluruh stakeholder untuk lebih dan sangat serius dalam penanganan isu ini.
Kualitas sumberdaya manusia rendah
Kualitas sumberdaya manusia yang rendah di wilayah pesisir ditentukan oleh kualitas pendidikan di masyarakat baik itu pendidikan formal ataupun non-formal. Rendahnya pendidikan masyarakat ini juga secara tidak langsung berpengaruh pada tingkat kesehatan. Peningkatan sektor pendidikan dan kesehatan selama ini menjadi sulit dilakukan mengingat kurangnya sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang tersedia. Dimana hal ini sangat terasa di pulau-pulau kecil Kabupaten Pangkep. Jumlah tersebut dominan berada di wilayah pesisir dan Pulau-pulau kecil.
Fakta lain yang berkontribusi pada rendahnya kualitas SDM adalah banyak pulau-pulau berpenghuni yang hanya memiliki sekolah SD dengan jumlah guru yang sangat tidak memadai. Sebahagian guru-guru yang awalnya diangkat untuk bertugas di pulau-pulau kemudian dimutasikan kembali ke daratan utama; sedangkan guru-guru yang tidak dimutasikan seringkali pula tidak bertugas dan berhenti bertugas dengan berbagai alasan. Kondisi ini diperburuk pula oleh kebiasaan masyarakat nelayan yang lebih menginginkan apabila anak anak mereka dapat ikut membantu melaut atau dalam mencari nafkah, tanpa menghiraukan pendidikan anak-anaknya.
Besarnya Tingkat Pencemaran Perairan
Pencemaran adalah proses masuknya zat-zat atau energi ke dalam lingkungan oleh aktifitas manusia secara langsung yang mengakibatkan terjadinya pengaruh yang merugikan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya akan membahayakan manusia, merusak lingkungan hayati (sumberdaya hayati) dan ekosistem serta mengurangi atau menghalangi kenyamanan dan penggunaan lain yang semestinya dari suatu sistem lingkungan.
Di kawasan pesisir Kabupaten Pangkep terutama yang dekat dengan muara dan merupakan daerah buangan limbah rumah tangga, kapal dan pabrik perusahaan. Di kawasan pesisir juga terdapat sarana pelabuhan dimana terparkir kapal nelayan yang membuang limbah-limbahnya langsung ke laut dan menyebabkan pencemaran. Kawasan kepulauan baik yang dekat dengan pesisir maupun yang terletak jauh dari daratan Liukang Tangayya dan Liukang Kalmas juga memberikan buangan sampah/limbah cukup besar ke daerah laut dan pesisir pulaunya.
Menghadapi persoalan ini perlu ada proses yang panjang dan berkelanjutan melalui upaya penyadaran akan arti penting pelestarian lingkungan, masih banyaknya limbah cair dan padat dari proses kegiatan di pelabuhan dan tidak lancarnya saluran mengakibatkan bau yang tidak sedap, selain itu juga karena banyaknya kapal yang memperbaiki di dermaga maka banyak kayu-kayu yang berserakan di sekitar dermaga. Pada bulan-bulan mendekati bulan puasa, volume sampah meningkat sampai 40 m3 per hari, dengan jenis sampah organik yaitu daun. Semua limbah ini, jika tidak ditangani secara tepat akan menimbulkan kontaminasi terhadap produksi ikan serta mengakibatkan degradasi lingkungan pelabuhan sebagai akibat polusi (Ningsih, 2006).
Perubahan garis pantai dan tingginya tingkat abrasi dan akresi kawasan kepulauan
Perubahan garis pantai di sebuah pulau di pengaruhi oleh sedimentasi dan abrasi yang terjadi sebagai bagian dari proses gelogis di wilayah perairan. Sedimentasi merupakan pembentukan massa sedimen yang terendap pada daerah landai, sedangkan abrasi merupakan proses pengikisan dasar atau lapisan topografi pulau yang terjadi karena pola pergerakan arus laut. Kedua proses ini berlangsung hampir di seluruh bagian Kepulauan Kabupaten Pangkep baik di kecamatan terluar maupun di dekat dengan daratan utama. Abrasi banyak melanda kawasan pesisir ataupun kepulauan, kondisi ombak dan arus yang cukup ekstrim dan terjadi terus menerus akan menyebabkan perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai pada kondisi level tinggi akan mempengaruhi aktivitas masyarakat seperti yang terjadi di Pulau Kalukalukuang dan beberapa pulau lainnya di kecamatan Liukang Kalmas. Tingginya abrasi berdampak pada berhentinya fungsi sarana pelabuhan (dermaga), rusaknya kawasan pemukiman. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus bagi pemerintah.
Peranan infrastruktur dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan membantu penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas orang, barang dan jasa serta merendahkan biaya aktivitas investor dalam dan luar negeri. Persoalan infrastruktur sangat kompleks, melibatkan banyak disiplin ilmu.
Sentra produksi perikanan
Sentra produksi perikanan yang unggul akan melalui tahap penangkapan, pengolahan dan produksi. Didalam tahap ini mesti mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi naik turunnya produksi peraikan. Dinamika tersebut diuraikan dalam bentuk isu pokok permasalahan sebagai berikut:
Pengolahan
- Minimnya inovasi di tingkat masyarakat dan nelayan untuk diversifikasi produk dalam rangka peningkatan nilai tambah hasil tangkapan atau hasil panen.
- Kapasitas masyarakat pesisir yang masih lemah dalam mengakses potensi pasar perikanan secara global.
- Keterbatasan pengembangan pengolahan hasil perikanan yang belum menyentuh teknologi. Hal ini terlihat dari belum adanya pengolahan hasil tangkapan modern yang bertujuan ekspor di tingkat lokal sehingga tidak secara signifikan memberi sumbangsih pada Pendapatan Asli Daerah Pangkep (PAD).
- Berkurangnya mutu ikan mulai disebabkan karena proses penangkapan, penanganan ikan diatas kapal hingga pada saat kapal bongkar.
Penggunaan alat tangkap yang tidak merujuk pada code of conduct responsible fisheries menyebabkan ikan yang ditangkap mengalami kerusakan fisik dan banyak ikan yang ditangkap dengan ukuran yang tak layak tangkap. Proses penanganan hasil tangkapan di kapal yang belum profesional sangat berpotensi merusak mutu hasil tangkapan, hal ini dimungkinkan pemberian es dan proses pembekuan dilakukan setelah melewati fase igormortis (Ningsih, 2006).
Pemasaran
- Rendahnya tingkat harga yang ditawarkan oleh pengumpul di sebabkan oleh akses pasar yang rendah dan kemudahan pemasaran oleh nelayan
- Dominasi nelayan pemodal masih sangat tinggi, hal ini melemahkan posisi tawar nelayan. Pola seperti ini berdampak pada ekploitasi berlebihan pada sumberdaya, lemahnya jangkauan nelyan pada target pasar yang lebih tinggi.
- Daya dukung sarana dan prasarana pemasaran produksi perikanan (tangkap dan budidaya) masih rendah.
- Industri pemasaran belum memiliki kapasitas dalam memenuhi supply change (rantai pasok) distribusi produksi perikanan.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats)
Eksternal Internal |
Peluang:
|
Ancaman:
|
Kekuatan:
|
Strategi : SO
|
Strategi : ST
|
Kelemahan:
|
Strategi : WO
|
Strategi : WT
|
KESIMPULAN
Strategi pengelolaan dan pengembangan perikanan di Kecamatan Liukang Kalmas dan Liukang Tangaya yaitu pemanfaatan sumberdaya laut secara optimal, menghindari eksploitasi laut secara berlebihan, penangkapan ikan di daerah potensial dengan alat tangkap yang ramah lingkungan, diversifikasi usaha, peningkatan pengetahuian, keterampilan dan kapasitas nelayan, pengaturan tata kelola laut, penggunaan sarana dan prasarana secara optimal dan teknologi tepat guna, pemanfaatan zona penangkapan, serta memperluas akses permodalan dan pasar.
PUSTAKA
Anggia, R. T. 2010. Analisis Usaha Perikanan Tangkap dan Kemungkinan Pengembangannya di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/62894
Dzuhri, Y. A. 2001. Perangkat lunak sistem informasi perikanan. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12471
Edward dan Z. Tarigan. 2003. Pemantauan kondisi Hidrologi di Perairan Raha Pulau Muna Sulawesi Tenggara Dalam Kaitannya Dengan kondisi Terumbu Karang. Makara, Sains, Vol. 7, No. 2, Agustus 2003.
Ety, N. 2002. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan Kabupaten Bogor provinsi jawa barat. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22121
Mochammad, R. 2006. Strategi dan prosedur monitoring, controling dan surveillance (MCS) Sumberdaya Ikan. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51630
Ningsih, T. 2006. Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rohmatu, S. F. 2012. Pengelolaan sumberdaya ikan layur (Lepturacanthus savala, Cuvier 1829) di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61011
Nova, M. V. 2011. Kebijakan pengelolaan perikanan tangkap di Jawa Timur. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/52214
Nova, M. V. , 2011. Fisheries management policy in East Java. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/52214
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT. Analisis SWOT.Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama , Jakarta
Riana, A. D. 2002. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan wilayah dan strategi pengembangannya dalam rangka otomisasi daerah Kabupaten Bone provinsi sulawesi Selatan. Skripsi. Program studi sosial ekonomi perikanan jurusan sosial ekonomi perikanan. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Institut Pertanian bogor. Bogor.
Rumanti, K. V. 2010. Strategi pengembangan industri galangan kapal tradisional dalam mendukung pengembangan industri perikanan tangkap di Indonesia. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53956
Rumanti, K. V. , 2010. The development strategy of traditional shipbuilding industry in supporting the development of fisheries industry in Indonesia. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53956
Sukojo, B. M. 2003. Penggunaan Metode Analisa Ekologi dan Penginderaan Jauh untuk Pembangunan Sistem Informasi Geografis Ekosistem Pantai. Makara, Sains, Vol. 7, No. 1, April 2003.
sy mau memasukan tulisan tentang belidak di daerah kabupaten kapuas hulu yang terus menuru mohon infonya
BalasHapusmungkin ad info
jurnal mana kira2 yang pas
BalasHapus