STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT (KAPPAPHYCUS ALVAREZII) DI KECAMATAN MANDALLE KABUPATEN PANGKEP
THE SEAWEED DEVELOPMENT STRATEGY (KAPPAPHYCUS ALVAREZII) IN THE DISTRICT MANDALLE OF PANGKEP REGENCY
Patang
Staf Pengajar pada Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik, UNM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii di Kabupaten Pangkep. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Setember 2013 di Kecamatan Mandalle Kabupaten Pangkep. Metode pengumpulan data terdiri atas observasi, dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan strategi Strength-Opportunity (SO) yang digunakan adalah memanfaatkan seluruh potensi laut yang dimiliki menjadi usaha budidaya rumput laut, pengolahan, menerapkan metode yang sesuai, mencari peluang pasar yang lebih besar serta memanfaatkan sumber tenaga kerja keluarga secara optimal. Strategi Strength-Treath (ST) yang digunakan adalah meningkatkan produksi dengan melakukan budidaya rumput laut tepat waktu dan metode untuk menghindari penyakit ais-ais serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan budidaya rumput laut di tingkat petani. Strategi Weakness-Opportunity (WO) yang digunakan dengan meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian dan pemerintah untuk mendapatkan bibit tahan penyakit, berbagai sumber permodalan meningkatkan kinerja kelompok. Sedangkan strategi Weakness-Treath (WT) yang digunakan adalah memanfaatkan dukungan pemerintah serta memperbanyak mengikuti penyuluhan dan/atau pelatihan budidaya rumput laut
Kata Kunci: Strategi, pengembangan, rumput laut
ABTRACT
This study aims to determine the development strategy of cultivating seaweed Kappaphycus alvarezii in Pangkep. This study was conducted in July to Setember 2013 in the District of Mandalle of Pangkep Regency. Data collection method consists of observation, and interviews. The Analysis of data used the SWOT analysis.
The results showed that SO strategy used is to utilize the full potential of becoming possessed marine seaweed cultivation, processing, applying appropriate methods, seeking greater market opportunities and utilize resources optimally family labor. ST strategy used is to increase production by seaweed cultivation on time and method to avoid disease ais-ais and increase the knowledge and skills of seaweed farming at the farm level.
WO strategies are used to enhance the cooperation with research institutes and governments to obtain disease-resistant seeds, various sources of capital improves the performance of groups of WT strategy used is to utilize and increase government support following the extension and / or training seaweed farming.
Keywords: strategy, development, seaweed
PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan sebagai bahan makanan, minuman dan obat-obatan, beberapa hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, alginat dan karaginan merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri (Istini, 1998). Selanjutnya (Suwandi, 1992) menyatakan sebagian besar rumput laut di Indonesia diekspor dalam bentuk kering.
Budidaya rumput laut khususnya jenis Kappaphycus alvarezii telah dikelola dan dikembangkan oleh petani rumput laut di Sulawesi Selatan, termasuk Kabupaten Pangkep, tetapi pengembangannya mulai pesat sekitar 10 tahun yang lalu. Pada mulanya, para petani rumput laut melakukan budidaya secara perorangan, namun dengan melihat keberhasilan petani yang satu kemudian diikuti oleh petani yang lain, demikian seterusnya sampai usaha budidaya rumput laut ini semakin banyak diusahakan oleh petani rumput laut atau nelayan yang bermukim di sekitar pesisir pantai sampai ke pulau-pulau. Namun demikian, tidak sedikit petani yang gagal atau tidak mampu bertahan dengan berbagai masalah yang timbul seperti rendahnya produksi serta penyakit ais-ais (Patang dkk, 2009).
Para petani rumput laut memiliki keterbatasan seperti pengetahuan tentang budidaya rumput laut. Mereka lebih banyak hanya mengandalkan pengalaman yang dilakukan seorang petani rumput laut, kemudian diikuti oleh petani rumput laut lainnya. Demikian pula dengan persoalan manajemen yang juga tergolong masih kurang.
Sampai saat ini eksistensi mitra (petani rumput laut) dengan masyarakat sekitar cukup besar, diantaranya adalah dapat membuka lapangan kerja baru, dimana para nelayan di daerah ini sebelum adanya budidaya rumput laut, mereka hanya menggantungkan hidupnya atau hanya bermata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan dengan berbagai alat tangkap, tetapi dengan adanya usaha rumput laut yang berkembang di daerah ini, para nelayan telah berkembang usahanya menjadi usaha menangkap ikan dan juga berusaha budidaya rumput laut.
Dengan demikian, dengan adaya pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkep ini diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat khususnya para nelayan dan keluarga nelayan serta masyarakat lainnya.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini berujuan untuk mengetahui strategi pengembangan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii di Kabupaten Pangkep.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Setember 2013 bertempat di Desa Mandalle Kecamatan Mandalle Kabupaten Pangkep. Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder, dengan metode yang digunakan berupa metode pengamatan langsung (observasi) di lapangan, metode wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya serta penelitian pustaka.
Untuk menjawab permasalahan yang menyangkut strategi pengembangan rumput laut di Kabupaten Pangkep dianalisis dengan analisis SWOT.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam menjelaskan strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkep dianalisis dengan analisis SWOT yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memperhitungkan faktor–faktor non ekonomis yang merupakan salah satu faktor penentu pengembangan budidaya rumput laut khususnya jenis Kappahycus alvarezii Kabupaten Pangkep. Analisis SWOT ini dilakukan dengan mengidentifikasi 4 faktor, yaitu peluang (Opportunity), ancaman (Threats), kekuatan (Straingth), dan kelemahan (Weakness). Dua yang pertama merupakan faktor eksternal, sedangkan dua faktor terakhir merupakan faktor internal. Hasil identifikasi kemudian dianalisis dengan cara mencari relasi yang titik temu keempat faktor tersebut dalam sebuah matriks SWOT seprti pada Tabel 1.
Tabel 1. Matriks Analisis SWOT Pengembangan Budidaya Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii di Kabupaten Pangkep
Faktor Eksternal Faktor Internal |
Peluang (O):
|
Ancaman (T):
|
Kekuatan (S):
|
Strategi SO:
| Strategi ST:
|
Kelemahan (W):
|
Strategi WO:
|
Strategi WT:
|
Strategi SO:
1. Memanfaatkan seluruh potensi laut yang dimiliki menjadi usaha yang mampu menghasilkan melalui budiaya rumput laut
Kabupaten Pangkep memiliki luas laut sebesar 17.100 km2, dan jika potensi ini dimanfaatkan secara optimal untuk budidaya rumput laut, maka akan memberikan pendapatan yang tidak kecil bagi petani rumput laut. Potensi budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkep mencapai 7.174 ton. Dari 7.174 ton potensi budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkep, maka Kecamatan Mandalle memiliki peran yang strategis dalam pengembangan budidaya rumput laut tersebut.
Wilayah Kecamatan Mandalle merupakan salah satu wilayah yang banyak diusahakan budidaya rumput laut oleh masyarakatnya. Dalam pengembangan budidaya rumput laut ini terdapat beberapa faktor pembatas diantaranya keterlindungan perairan dan kondisi lingkungan. Menurut Mansyur (2008) keterlindungan perairan merupakan faktor pembatas utama untuk menentukan lokasi yang sesuai untuk budidaya rumput laut. Disamping itu, kondisi lingkungan perairan juga merupakan faktor pembatas untuk menentukan kesesuaian lahan rumput laut, dimana perairan dangkal dapat memberikan kerasteristik tersendiri terhadap arus dan gelombang.
2. Melakukan pengolahan rumput laut dalam berbagai bentuk olahan yang mampu menghasilkan
Sampai saat ini pengolahan rumput laut sudah dilakukan oleh petani rumput laut khususnya ibu-ibu dengan membuat berbagai hasil olahan rumput laut seperti lalapan rumput laut, manisan rumput laut, dodol rumput laut dan berbagai olahan lainnya. Namun pengolahan rumput laut yang dilakukan ini masih bersifat sederhana untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan belum dikelola dalam skala usaha agribisnis. Padahal jika usaha ini dikembangkan dapat memberikan pendapatan bagi petani rumput laut itu sendiri.
3. Menerapkan metode budidaya rumput laut yang tepat
Budidaya rumput laut merupakan salah satu usaha bidang perikanan yang mudah dilakukan dengan biaya dan modal yang tidak terlalu tinggi. Hasil wawancara dengan responden petani rumput laut menunjukkan bahwa 66,67% petani rumput laut menyatakan bahwa budidaya rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii mudah dilakukan dan hanya 33,33% yang menyatakan bahwa budidaya rumput laut jens ini membutuhkan keahlian tertentu.
Sampai saat ini metode budidaya rumput laut yang dilakukan oleh petani rumput laut di Kecamatan Mandalle adalah metode long line, meskipun sudah pernah dicoba dengan menggunakan sistem rakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Patang dkk, 2009 yang melakukan penelitian penerapan berbagai metode budidaya rumput laut di Kecamatan Mandalle menunjukkan adanya perpedaan hasil panen/produk pada berbagai metode budidaya, dimana pada budidaya rumput laut yang dipelihara selama 40 hari memberikan hasil 279,75 kg dengan berat awal 55 kg, sedangkan dengan metode rakit dengan berat awal 35 kg hanya menghasilkan 124 kg.
Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian Hidayati (2009) bahwa sistem budidaya rumput laut di Kabupaten Takalar umumnya adalah sistem long line. Pada sistem ini pemeliharaan rumput laut dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Panen biasanya dilakukan pada saat rumput laut berumur 30 hari setelah tanam dengan cara melepas ikatan rumput laut di sepanjang bentangan, kemudian langsung dijemur diatas para-para bambu atau waring. Seluruh kegiatan penjemuran dilakukan oleh anggota keluarga sendiri.
4. Mencari peluang pasar yang lebih besar
Petani rumput laut di Kecamatan Mandalle menjual hasil panennya dalam bentuk basah maupun kering. Penjualan rumput laut secara basah dilakukan jika petani rumput laut yang lain ingin menjadikannya sebagai sumber bibit rumput laut pada usaha budidaya rumput lautnya dan/atau petani sangat memerlukan dana untuk kebutuhan hidupnya, sehingga pengeringan tidak dilakukan karena proses pengeringan memerlukan waktu yang relatif lama (2-3 hari), dan mereka sudah membutuhkan dana untuk kebutuhan hidup tersebut.
Hasil wawancara dengan responden petani rumput laut di Kecamatan Mandalle menunjukkan bahwa harga rumput laut di daerah ini adalah berfruktuasi. Namun demikian dalam hal pemasaran, petani rumput laut tidak mengalami kesulitan karena banyaknya pembeli rumput laut yang ada di daerah ini, baik yang berasal dari Kabupaten Pangkep maupun pembeli dari daerah lain. Hasil wawancara dengan responden petani rumput laut menunjukkan bahwa 73,33% petani rumput laut menjual hasil rumput lautnya ke pedagang pengumpul dan hanya 26,67% yang menjual rumput lautnya ke padagang perantara.
Dalam menjaga kestabilan harga rumput laut, dalam berbagai kegiatan seperti kegiatan penyuluhan yang sering diselenggarakan oleh Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, maka pada kegiatan tersebut dihadirkan pihak pembeli rumput laut agar terjadi kesepakatan dan kesepahaman yang saling menguntungkan antara petani rumput laut dan para pembeli rumput laut. Dalam menjamin kestabilan harga, maka perlu dilakukan yaitu memperkokoh kekuatan kelompok yang telah dibentuk, kelompok dapat menampung sementara digudang yang dikelola secara bersama, ketua dan anggota kelompok lainnya terus menerus memantau harga dan kestabilan harga, jangan melakukan budidaya dibawa umur yang dianjurkan, misalnya menimal 40 hari sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
Melakukan kegiatan panen, pasca panen, dan pengeringan sesuai standar yang dianjurkan.
5. Memanfaatkan sumber tenaga kerja secara optimal
Sumber tenaga kerja yang digunakan petani rumput laut di Kecamatan Mandalle umumnya adalah dari keluarga sendiri, selebihnya dari luar keluarga. Tenaga kerja dari luar digunakan pada saat pengikatan bibit rumput laut, sedangkan pada saat budidaya umumnya dilakukan oleh tenaga kerja dari dalam keluarga petani. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2009) yang melakukan penelitian di Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar yang menyatakan bahwa semua pekerjaan dalam budidaya rumput laut dilakukan oleh tenaga kerja dari dalam keluarga petani dengan sistem kerja yaitu menanam bibit rumput laut sesuai dengan kemampuan anggota keluarga setiap hari, sehingga pada saat panen tidak dilakukan panen secara keseluruhan tetapi berdasarkan hari tanam rumput laut. Begitu pula dengan pekerjaan lainnya dikerjakan sepenuhnya oleh anggota keluarga.
6. Optimalisasi usaha budidaya rumput laut sebagai sumber PAD
Rumput laut dalam bentuk basah yang dihasilkan petani rumput laut di Kecamatan Mandalle dijual ke sesama petani rumput laut, sedangkan rumput laut dalam bentuk kering dijual ke padagang perantara yang ada di Kabupaten Mandalle. Selanjutnya, pedagang perantara menjual rumput lautnya ke eksportir yang ada di Kota Makassar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2009) menunjukkan bahwa pemasaran rumput laut di Kecamatan Mangarabombang terdiri atas 4 pola dan setiap rantai pemasaran rumput laut cukup bervariasi tergantung pada pola kerjasama atau ikatan yang terbentuk antara petani rumput laut dengan pihak pedagang pengumpul. Perbedaan jalur pemasaran rumput laut bermuara pada konsumen yang sama yaitu eksportir yang berada di Kota Makassar. Lebih lanjut dikatakan bahwa perbedaan pola jalur pemasaran berpengaruh pada tingkat harga, pangsa keuntungan dan biaya serta margin pemasaran yang dilakukan oleh setiap pelaku pemasaran rumput laut.
Strategi ST:
1. Melakukan budidaya rumput laut tepat waktu dan metode untuk menghindari penyakit ais-ais
Dalam menghindari penyakit ais-ais terhadap budidaya rumput laut, maka petani di Kecamatan Mandalle melakukan langkah-langkah yaitu melakukan penanaman secara serentak serta menghindari bulan/musim dimana kondisi perairan sangat tenang, pergerakan air rendah, ombak kecil karena pada kondisi ini biasanya penyakit aais-ais banyak menyerang. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa dampak yang ditimbulkan penyakit ais-ais adalah menyebakan pertumbuhan rumput laut menajdi lambat (73,33%) bahkan menyebabkan kematian rumput laut, dan 26,67 menyatakan penyebab utama kegagalan budidaya rumpuat laut adalah adanya serangan penyakit ais-ais.
Di samping itu, metode budidaya yang tepat diterapkan dalam menghadapi penyakit ais-ais adalah metode long line, sedangkan metode rakit pergerakan air menjadi lambat sehingga suplai oksigen menjadi berkurang.
2. Meningkatkan produksi dan kualitas produk rumput laut yang dihasilkan
Dalam meningkatkan produksi rumput laut di daerah ini, petani melakukan penanaman rumput laut tepat waktu, penggunaan bibit yang unggul, metode budidaya yang tepat, dan melakukan panen dan pasca panen secara tepat pula. Selain itu, dalam mengembangkan budidaya rumput laut perlu dilakukan strategi pengembangan budidaya rumput laut antara lain melalui pengelolaan lingkungan perairan berbasis ekologi, penerapan aspek teknologi dalam budidaya rumput laut dengan tepat dan perlu dilakukan penataan kawasan budidaya berdasarkan daya dukung lingkungan.
3. Menjadikan rumput laut menjadi salah satu ikon Kabupaten Pangkep
Kabupaten/kota yang paling banyak menghasilkan rumput laut di Sulawesi Selatan adalah Kota Madya Palopo, Pangkep, Wajo, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone dan Barru. Kabupaten Pangkep, selain terkenal dengan hasil produksi bandengnya, diharapkan juga dapat mengembangkan budidaya rumput laut bahkan menjadikan rumput laut sebagai salah satu ikon Kabupaten Pangkep. Hal ini memungkinkan karena Kabupaten Pangkep memiliki panjang pantai yang cukup panjang yang membujur sepanjang jalan disebelah Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Maros sampai di ujung Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Barru merupakan laut dan pesisir. Disamping itu, Kabupaten Pangkep memiliki 115 pulau sehingga sangat memungkinkan pengembangan rumput laut, khususnya jenis Kappaphycus alvarezii.
4. Memanfaatkan sumber tenga kerja dari dalam kabupaten secara optimal
Salah satu faktor pembatas dalam pengembangan budidaya rumput laut adalah sumberdara manusia atau tenaga kerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa rata-rata petani rumput laut di Kecamatan Mandalle memiliki jumlah keluarga yang cukup besar yaitu rata-rata sebesar 4,73 orang/kepala rumah tangga nelayan dengan pengalaman berusaha antara 3-20 tahun dan rata-rata 9,13 tahun. Hal ini menunjukkan juga bahwa prospek pengembangan budidaya rumput laut di daerah ini sangat besar. Dengan jumlah anggota keluarga yang besar demikian, maka sangat memungkinkan dan memudahkan untuk mendapat sumber tenaga kerja yang banyak dan murah.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan budidaya rumput laut di tingkat petani
Dalam pengembangan budidaya rumput laut di Kecamatan Mandalle, selain tenaga kerja yang mudah diperleh dan pengalaman kerja di bidang rumput laut yang besar juga terdapat faktor pembatas yang lain yaitu tingkat pendidikan yang masih rendah. Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa rata-rata petani rumput laut di Kecamatan Mandalle memiliki tingkat pendidikan tertinggi yaitu SMA (6,66%), serta masing-masing 46,67% berpendidikan tamat SD dan SMP, sementara tidak ada yang sarjana. Untuk mengantisipasi hal ini, maka pihak Politeknik Pertanian Negeri Pangkep setiap tahun melakukan penyuluhan terhadap petani rumput laut yang terkait dengan metode budidaya, aspek permodalan, aspek kelembagaan dan aspek pembinaan.
Strategi WO:
1. Memanfaatkan potensi laut untuk budidaya secara optimal
Peluang pengembangan usaha rumput laut Eucheuma sp. sangat menjanjikan seiring dengan meningkatnya permintaan pasar sehingga peluang ini dimanfaatkan oleh masyarakat dengan melakukan usaha budidaya. Tujuan utama dalam suatu usaha yaitu memperoleh keuntungan. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh, maka usaha akan semakin berkembang. Petani atau pengusaha dapat mengetahui seberapa besar keuntungan yang akan atau telah diperoleh dengan membuat suatu analisis usaha. Hasil analisis nantinya dapat digunakan untuk menilai kelayakan usaha yang dijalankan (Khordi, 2011).
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii adalah kesesuaian lahan. Hasil wawancara dengan responden petani rumput laut di Kecamatan Mandalle menunjukkan 100% petani rumput laut menyatakan bahwa jenis rumput laut Eucheuma cottoni cocok untuk dibudidayakan di Kecamatan Mandalle. Menurut Mansyur (2008), keberhasilan suatu usaha budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh kesesuaian lahan/perairan yang digunakan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa terdapat lima faktor pembatas utama yang dominan dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut yaitu keterlindungan perairan, kedalaman perairan, kecepatan arus, tinggi gelombang dan kecepatan arus. Selanjutnya Mansyur (2008) menyatakan faktor pembatas moderat dan sekunder lainnya berdasarkan nilai faktor pembobotnya dapat dibedakan atas nitrat, fosfat, jenis subtrat dasar perairan, kekeruhan, oksigen terlarut (DO), suhu, salinitas dan derajat keasaman.
2. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian dan pemerintah untuk mendapatkan bibit tahan penyakit
Sampai saat ini selain pemerintah Kabupaten Pangkep, petani rumput laut juga banyak mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, terutama dalam hal tehnis budidaya rumput laut. Beberapa tahun yang lalu petani rumput laut di daerah ini telah mendapatkan bantuan bibit rumput laut dari pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Namun demkian, kendala utama yang sering dialami oleh petani rumput laut di daerah ini adalah ketersediaan bibit pada saat dibutuhkan. Oleh sebab itu, beberapa waktu yang lalu pemerintah Provinsi Sulawesi selatan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan pernah mencanankan untuk menjadikan Kabupaten Pangkep sebagai sumber bibit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden petani rumput laut menunjukkan bahwa 60% sumber bibit rumput laut yang dibudidayakan petani rumput laut di Kecamatan Mandalle berasal dari dalam kabupaten seperti berasal dari petani rumput laut lainn, sumber bibit dari luar diantaranya berasal dari Kabupaten Takalar, Palopo dan berbagai kabupaten lainnya. Alasan utama petani rumput laut memilih salah satu sumber bibit tersebut karena sumber bibit tersebut diyakini memiliki kelebihan diantaranya lebih tahan terhadap penyakit serta mudah untuk memperoleh bibit rumput laut tersebut.
3. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai sumber permodalan
Sampai saat ini sumber permodalan utama bagi petani rumput laut di Kecamatan Mandalle Kabupaten Pangkep adalah bersumber dari modal sendiri karena jika memperoleh sumber lain selain lembaga permodalan seperti pedagang pengumpul, maka dikwatirkan mendapat berbagai kendala terutama terkait dengan pemasaran. Seperti yang ditemukan oleh Hidayati (2009) yang melakukan penelitian di Kecamatan Mangarabombang menunjukkan bahwa para petani rumput laut yang memperoleh modal dari pedagang pengumpul harus menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul yang memberinya modal dan tidak boleh dijual ke pedagang pengumpul lainnya karena telah terikat pada satu orang pedagang pengumpul. Hal ini biasanya dilakukan petani rumput laut karena desakan kebutuhan uang sehingga mereka dua penjualan hasil panennya ke pedagang pengumpul sesuai persentase pinjaman terbesar.
Namun demikian, hasil penelitian Hidayati (2009) juga menunjukkan bahwa kerjasama yang terjalin antara pedagang pengumpul dan petani rumput laut disertai dengan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan. Kerjasama yang dilakukan menunjukkan adanya prinsip-prinsip saling ketergantungan, namun fakta menunjukkan bahwa kerjasama yang terbentuk tidak dibarengi dengan ikatan formal yang kuat.
4. Meningkatkan kinerja kelompok yang telah terbentuk
Sampai saat ini sudah terdapat beberapa kelompok petani rumput laut yang terbentuk di Kecamatan Mandalle, namun kinerja kelompok tersebud masih perlu ditingkatkan produktivitasnya terutama dalam mendiskusikan cara budidaya, pemasaran serta hal-hal lain yang terkait dengan usaha budidaya rumput laut di kelompoknya.
Strategi WT:
1. Dukungan Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Pangkep sangat mendukung usaha budidaya rumput laut yang dilakukan petani rumput laut di Kecamatan Mandalle, hal ini dibuktikan dengan adanya bantuan berupa bibit serta bantuan tehnis lainnya yang diberikan pemerintah kabupaten kepada petani rumput laut. Dengan adanya usaha budidaya rumput laut di daerah ini dapat meningkatkan dan menggairahkan perekonomian masyarakat dan hal ini juga sesuai dengan program pembangunan perikanan Kabupaten Pangkep.
Hasil wawancara dengan rsponden petani rumput lau di Kecamatan Mandalle menunjukkan 53,33% petani rumput laut menyatakan dalam pengembangan budidaya rumput laut mendapat dukungan pemerintah, dan 46,67% menyatakan tidak mendapat dukungan. Dengan demikian masih perlu peningkatan dukungan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat petani rumput laut dalam mengembangkan usahanya.
Jenis bantuan dan/atau dukungan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten terhadap usaha budidaya rumput laut di Kecamatan Mandalle menunjukkan 53,33% petani rumput laut mendapatkan dukungan daam bentuk perizinan, 33,33% dalam bentuk motivasi dan 13,34% dalam bentuk lainnya.
2. Memperbanyak mengikuti penyuluhan dan/atau pelatihan budiaya rumput laut
Hampir setiap tahun petani rumput laut mendapatkan penyuluhan tentang budidaya rumput laut dari Jurusan Budidaya Perikanan dan Agribisnis Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, sehingga setiap metode budidaya dan informasi baru termasuk informasi harga rumput laut cepat diketahui oleh petani rumput laut. Meskipun saat ini pihak Politeknik Pertanian Negeri Pangkep terus menerus aktif dalam memberikan penyuluhan kepada petani rumput laut di Kecamatan Mandalle, namun kegiatan ini masih perlu dan terus dikembangkan, terutama dalam mengatasi berbagai permasalahn petani rumput laut. Hasil wawancara dengan responden petani rumput laut di Kecamatan mandalle menunjukkan bahwa hambatan utama yang dialami oleh petani rumput laut adalah penyakit rumput laut (ais-ais) sebesar 100%. Hambatan lainnya, misalnya pemasaran meskipun juga terkadang terkendala dalam hal kestabilan harga tetapi bagi petani rumput laut di daerah ini, hal ini masih dapat diatasi tetapi penyakit rumput laut utamanya penyakit ais-ais dapat mematikan seluruh tanaman rumput laut yang dibudidayakan petani.
Selain masalah penyakit, permasalah lain yang sering diterima oleh petani rumput laut di Kecamatan Mandalle adalah lambatnya pertumbuhan rumput laut, terutama pada bulan-bulan tetentu seperti juli sampai agustus setiap tahun, sehingga pada saat demikian yang dilakukan oleh petani rumput laut adalah dengan berupaya untuk mempertahankan saja usaha budidaya rumput lautnya.
3. Menambah kerjasama dengan semua pihak dalam menciptakan peluang pasar dan sumber permodalan
Sumber permodalan utama bagi petani rumput laut di Kecamatan Mandalle adalah modal sendiri ditambah dengan modal dari lembaga keuangan. Petani rumput laut umumnya menggunakan modal sendiri karena mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan sumber pembiayaan dari bank, kalaupun ada jumlah kredit yang ditawarkan lembaga perbankan sangat sedikit yang tidak cukup untuk digunakan secara maksimal oleh petani rumput laut. Jika ingin budidaya rumput laut dapat berkembang dengan baik, maka petani rumput laut harus didekatkan dengan sumber permodalan lain seperti bank dan lembaga pembiayaan lain. Namun demikian, biasanya yang menjadi kendala utama masyarakat adalah lemahnya posisi tawar yang dimiliki.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2009) yang menunjukan bahwa sumber permodalan petani rumput laut Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar adalah dengan meminjam modal dan kebutuhan hidup sehari-hari dari para pedagang pengumpul dan sepakat untuk dipotong nilai pembayaran rumput lautnya oleh pedagang pengumpul bersangkutan. Setidaknya kondisi tersebut merupakan perangkap pedagang pengumpul untuk mengikat para petani rumput laut untuk kepastian dalam memperoleh hasil panen rumput laut. Selanjutnya dikatakan bahwa, pembelian rumput laut didominasi oleh pedagang pengumpul 1.
4. Memperbanyak diskusi kelompok tentang pemecahan masalah dalam budidaya rumput laut
Petani rumput laut yang ada di Kecamatan Mandalle umumnya sudah membentuk kelompok dan hanya sedikit yang berusaha budidaya rumput laut tanpa kelompok. Umumnya petani rumput laut tersebut melakukan diskusi dengan sesama petani rumput laut secara informal pada waktu senggang, pada saat melakukan pengikatan rumput laut dan saat pengeringan rumput laut. Para petani rumput laut mendiskusikan pengalaman masing-masing tentang metode yang digunakan agar budidaya rumput laut yang dilakukan berhasil mencapai produksi maksimal. Hasil diskusi ini kemudian diterapkan oleh petani rumput lain sehingga mereka mencapai keberhasilan bersama baik dilakukan sesama dalam satu kelompok maupun kelompok lainnya.
Kegatan diskusi yang dilakukan oleh petani rumput laut di Kecamatan Mandalle dilakukan baik secara formal maupun informal. Dalam bentuk formal biasanya jika bertepatan dengan kegiatan penyuluhan serta informal adalah dengan melakukan diskusi tentang budidaya rumput laut disela-sela waktu luang pada saat istirahat dan/atau saling mengunjungi ke rumah masing-masing untuk mendiskusikan permasalahan budidaya rumput laut yang sedang mereka jalankan.
KESIMPULAN
- Strategi SO yang digunakan adalah memanfaatkan seluruh potensi laut yang dimiliki menjadi usaha budiaya rumput laut, pengolahan, menerapkan metode yang sesuai, mencari peluang pasar yang lebih besar serta memanfaatkan sumber tenaga kerja keluarga secara optimal
- Strategi ST yang digunakan adalah meningkatkan produksi dengan melakukan budidaya rumput laut tepat waktu dan metode untuk menghindari penyakit ais-ais sert meningkatkan pengetahuan dan keterampilan budidaya rumput laut di tingkat petani
- Strategi WO yang digunakan dengan meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian dan pemerintah untuk mendapatkan bibit tahan penyakit, berbagai sumber permodalan meningkatkan kinerja kelompok
- Strategi WT yang digunaka adalah memanfaatkan dukungan pemerintah serta memperbanyak mengikuti penyuluhan dan/atau pelatihan budiaya rumput laut
DAFTAR PUSTAKA
Istini, S. dan Suhaimi.1998. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut, Lembaga Oseanologi Nasional, Jakarta.
Hidayati, W. 2009. Analisis struktur, Perilaku dan Keragaan Pasar Rumput Laut Eucheuma cottoni : Kasus di Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mansyu, K. Pengelolaan Sumberdaya Pulau Lingayan Untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut dan Ikan Kerapu. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Patang, Hasniar. A.P.S. Idris. 2010. Laporan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Petani Rumput Laut. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Suwandi, 1992, Isolasi dan Identifikasi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii, Lembaga Penelitian Universitas Sumatra Utara, Medan