ANALISIS TINGKAT KESEGARAN IKAN LAYANG (Decapterus sp.) PADA TEMPAT PELELANGAN
IKAN RAJAWALI KOTA MAKASSAR
ANALYSIS OF FRESHNESS OF KITE (Decapterus sp.) IN MAKASSAR
RAJAWALI FISH AUCTION
Oleh :
1) Patang
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik UNM
Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesegaran ikan layang pada Tempat Pelelangan
Ikan Rajawali Kota Makassar berdasarkan uji organoleptik. Bahan dalam
penelitian ini adalah ikan layang yang diperoleh di Tempat Pelelangan Ikan
Rajawali Kota Makassar. Ikan layang tersebut masih berada dalam kondisi belum
mendapatkan penanganan khusus. Ikan selanjutnya diamati secara organoleptik
yang meliputi bau, kenampakan mata, keadaan lendir dan permukaan badan, tekstur
daging serta keadaan daging dan perut ikan.
Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap tingkat kesegaran ikan yang diperoleh dari Tempat
Pelelangan Ikan Rajawali Kota Makassar berdasarkan parameter bau, kenampakan
mata, kenampakan insang, keadaan lendir dan permukaan badan serta tekstur daging
dan keadaan perut menunjukkan ikan masih dalam kategori baik dan layak untuk
dikonsumsi karena semua berada diatas tingkat kesegaran 50%. Demikian pula
dengan rata-rata hasil pengamatan
masing-masing panelis menunjukkan nilai 73,63% dan juga berada diatas
50% dengan kisaran nilai 45,33% sampai 91,33%.
Kata kunci :
kesegaran, ikan layang, pelelangan ikan
ABSTRACT
This
study
aims to determine the level of freshness of fish kite
at the fish auction place Eagles Makassar by
organoleptic tests. Material in this study were obtained at the flying fish Fish
Auction Eagles Makassar. Kite fishing is still
in a state of not getting special treatment. The next fish was
observed in organoleptic which
include odor, appearance of
the eyes, mucus and
surface state of the body, the texture of the
meat as well as meat and fish maw circumstances.
Based
on observations
of the degree of freshness
of fish obtained from the fish auction place Eagles Makassar based
parameters odor, appearance
of the eye, the appearance of
gills, mucus and
state agencies as
well as the surface texture of
the meat and the state of the abdomen showed fish
still in the category of good and suitable for
consumption because all are 50% above the level of freshness. Similarly, the average of the observations of each panel shows the value
of 73.63% and well above the 50% value
of 45.33% with a range of up to 91.33%.
Key word : freshness, kite, fish auction
PENDAHULUAN
Produk perikanan memiliki keunggulan
komparatif dari bahan pangan hewani lain, yaitu mengandung protein yang relatif
tinggi dan mengandung asam lemak tidak jenuh omega 3 yang dapat mencegah
timbulnya penyakit atherosklerosis karena
mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga mengurangi resiko
timbulnya penyakit jantung serta membantu pertumbuhan kecerdasan otak anak
(Sudihastuti, 2008). Namun demikian, ikan juga memiliki beberapa kekurangan
diantaranya mudah mengalami proses kemunduran mutu dan pembusukan, dimana hal
ini terjadi setelah ikan ditangkap. Dengan demikian perlu penanganan yang
cepat, tepat dan benar untuk menjaga kualitasnya sebelum dipasarkan dan sampai
ke tangan konsumen (Susianawati, 2006). Tingkat kemunduran mutu ikan ditentukan
sejak penangkapan, pengolahan sampai penyajian (Dassow 1963, dalam
Muldani, 1997)
Salah satu masalah yang sangat penting
bagi industri, terlebih industri perikanan adalah mempertahankan mutu
(Soekarto, 1990).
Kesegaran ikan tidak sulit diketahui.
Cara yang paling mudah adalah dengan pengamatan secara vosual terhadap
penampilan ikan dengan menggunakan metode 4 M yaitu melihat, meraba, menekan
dan mencium (Yunizal dan Wibowo, 1998). Selanjutnya, Nogueras et al. (2002) menyatakan kesegaran ikan
umumnya diukur dengan metode sensori berdasarkan perubahan penampakan, bau,
warna, flavor dan tekstur.
Dalam menguji tingkat kesegaran ikan
tersebut dapat dilakukan dengan cara organoleptik. Cara organoleptik adalah
cara penilaian dengan hanya mempergunakan indera manusia (sensorik). Cara ini
sangat cepat, mudar dan praktis untuk dikerjakan, tetapi ketelitiannya
tergantung pada tingkat kepandaian orang yang melaksanakannya (Septiarini,
2008).
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesegaran ikan layang pada Tempat Pelelangan
Ikan Rajawali Kota Makassar berdasarkan uji organoleptik.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret-April 2014 dan bertempat di Laboratorium Program
Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik Universitas Negeri
Makassar.
Dalam penelitian
ini bahan yang digunakan adalah ikan layang yang diperoleh di Tempat Pelelangan
Ikan Rajawali Kota Makassar. Ikan layang tersebut masih berada dalam kondisi belum
mendapatkan penanganan khusus.
Ikan yang
diperoleh dimasukkan dalam box dan diberi es. Setelah itu ikan dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan uji organoleptik dengan menggunakan score sheet yang telah disiapkan.
Dalam penelitian
ini yang menjadi panelis penelitian adalah para guru SMK yang sedang melakukan
pelatihan atau bimbingan tehnis di Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar
sebanyak 9 (sembilan) orang.
Parameter uji
organoleptik yang diamati pada penelitian ini meliputi bau, kenampakan mata,
keadaan lendir dan permukaan badan, tekstur daging serta keadaan daging dan
perut ikan.
Hasil penilaian
panelis ditabulasi dan dilanjutkan dengan penilaian mutu dengan membandingkan
hasil penilaian dan persyaratan yang ditetapkan. Hasil uji organoleptik dari
panelis selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
Gambar 1 menunjukkan bahwa dari enam parameter uji organoleptik yang meliputi
bau ikan, kenampakan mata, kenampakan insang, keadaan lendir dan permukaan
badan, tekstur daging serta keadaan daging dan perut yang diujikan terhadap
ikan layang yang diperoleh dari Tempat Pelelangan Ikan Rajawali di Kota
Makassar masih berada dalam kondisi segar dan layak untuk dikonsumsi karena
semua parameter yang diujikan menjukkan nilai diatas 5. Selanjutnya, menurut
Sloan et al. (1985) dalam Hanna (1992), dalam membeli ikan
konsumen mengutamakan mutu dan kelayakan ikan yang diiringi dengan keselamatan,
aroma serta kesegaran sebagai prioritas utama, sedangkan harga ditempatkan pada
posisi kelima.
Gambar 1. Hasil analisis bobot dan skor pada semua
parameter yang diamati
Bau
Hasil uji
kesegaran ikan berdasarkan parameter bau dengan nilai bobot yang disyaratkan
pada uji ini (20%) menunjukkan nilai bobot rata-rata sebesar 1,38 (69%) dengan
skor rata-rata sebesar 7,22. Hal ini berarti berdasarkan parameter bau ikan
yang diuji tersebut masih dalam kategori baik karena berada diatas 50%. Bau
ikan yang diamati rata-rata masih seperti bau rumput laut dan berbau segar, dan
menurut Soekanto (1985) ikan dengan kondisi demikian masih tergolong segar
Kenampakan Mata
Hasil uji
kesegaran ikan berdasarkan parameter kenampakan mata dengan nilai bobot yang
disyaratkan sebesar 16% menunjukkan nilai bobot rata-rata sebesar 0,69 (86,25%)
dengan skor rata-rata sebesar 4,33. Hal ini berarti berdasarkan parameter
kenampakan mata ikan yang diuji tersebut masih dalam kategori baik karena berada
diatas kisaran 50%. Hal ini juga ditunjang hasil pengamatan secara organoleptik
menunjukkan bola mata masih menonjol, cerah, mengkolap dan kornea selaput mata
rata-rata masih jernih. Dengan demikian kondisi ikan tergolong masih segar
(Taher, 2010)
Kenampakan
Insang
Hasil uji
kesegaran ikan berdasarkan parameter kenampakan insang dengan nilai bobot yang
disyaratkan sebesar 16% menunjukkan nilai bobot rata-rata sebesar 0,52 (65%)
dengan skor rata-rata sebesar 3,22. Hal ini berarti berdasarkan parameter
kenampakan mata ikan yang diuji tersebut masih dalam kategori baik karena
berada diatas kisaran 50%. Hasil
pengamatan organoleptik juga menunjukkan
insang masih berwarna merah cemerlang, bersih dan tanpa lendir sehingga
kondisi ikan tersebut masih dalam kategori segar dan hal ini sejalan dengan
pendapat Taher (2010).
Keadaan Lendir
dan Permukaan Badan
Hasil uji
kesegaran ikan berdasarkan parameter keadaan lendir dan permukaan badan dengan
nilai bobot yang disyaratkan sebesar 16% menunjukkan nilai bobot rata-rata
sebesar 0,73 (91,25%) dengan skor rata-rata sebesar 4,56. Hal ini berarti
berdasarkan parameter kenampakan mata ikan yang diuji tersebut masih dalam
kategori baik karena berada diatas kisaran 50%.
Tekstur Daging
Hasil uji
kesegaran ikan berdasarkan parameter kenampakan mata dengan nilai bobot yang
disyaratkan sebesar 16% menunjukkan nilai bobot rata-rata sebesar 0,59 (73,75%)
dengan skor rata-rata sebesar 3,67. Hal ini berarti berdasarkan parameter
kenampakan mata ikan yang diuji tersebut masih dalam kategori baik karena
berada diatas kisaran 50%. Hasil
pengamatan organoleptik menunjukkan tekstur ikan masih padat dan kenyal, sulit
menyobek daging dan tulang belakang. Hal ini menunjukkan kondisi ikan masih
segar dan sejalan dengan pendapat Taher (2010).
Keadaan Daging
dan Perut
Hasil uji
kesegaran ikan berdasarkan parameter keadaan daging dna perut dengan nilai
bobot yang disyaratkan sebesar 16% menunjukkan nilai bobot rata-rata sebesar
0,52 (65%) dengan skor rata-rata sebesar 3,67. Hal ini berarti berdasarkan
parameter kenampakan mata ikan yang diuji tersebut masih dalam kategori baik
karena berada diatas kisaran 50%.
Selanjutnya
hasil pengamatan masing-masing panelis menunjukkan kisaran pengamatan antara
45,33% dan 91,33% dengan nilai rata-rata 73,63% yang berarti masih dalam kategori
ikan yang diuji tingkat kesegarannya berdasarkan uji organoleptik masih segar
karena juga diatas 50% (Gambar 2).
Rata-rata hasil pengamatan
|
Gambar 2. Hasil Uji Organoleptik Masing-masing
Panelis
Hasil pengujian
organoleptik parameter bau memiliki skor rata-rata sebesar 7,22, parameter
kenampakan mata rata-rata sebesar 4,33, parameter kenampakan insang rata-rata
sebesar 3,22, parameter keadaan lendir dan permukaan badan rata-rata sebesar
4,56, parameter tekstur daging rata-rata sebesar 3,67 dan parameter keadaan
daging dan perut rata-rata sebesar 3,0. Dengan demikian, dari 6 parameter yang
diuji hanya parameter keadaan daging dan perut yang memiliki nilai skor
rata-rata yang rendah yang berada dikisaran 1-3 yang berarti bahwa ikan yang
diuji tingkat kesegarannya masih berada dalam kategori segar dan layak untuk
dikonsumsi. Menurut Sufianto (2004) ikan secara organoleptik ditolak atau
dianggap tidak segar apabila memiliki nilai pengujian 1-3.
Ikan segar
menurut SNI 01-2729-2006 adalah produk yang berasal dari perikanan dengan bahan
baku ikan yang telah mengalami perlakuan pencucian, penyiangan atau tidak
penyiangan, pendinginan dan pengemasan (Septiarini, 2008). Sedangkan menurut
Stansby (1993) ikan segar memiliki ciri-ciri yaitu daging ikan padat elastis,
tidak mudah lepas dari tulang belakangnya, aroma atau baunya segar dan lunak
seperti bau rumput laut, mata berwarna merah cerah serta kulit mengkilat dengan
warna cerah. Selanjutnya, Murniyati dan Sunarman, 2000) menyatakan perubahan
organoleptik ikan disebabkan karena melunaknya tekstur daging ikan. Pelunakan
tekstur terjadi karena penguraian protein menjadi senyawa yang lebih sederhana
yaitu polipeptida, asam amino dan amoniak yang dapat meningkatkan pH ikan.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan tingkat kesegaran ikan berdasarkan parameter bau, kenampakan
mata, kenampakan insang, keadaan lendir dan permukaan badan serta tekstur
daging dan keadaan perut menunjukkan ikan yang diperoleh dari pasar tradisional
di Kota Makassar masih dalam kategori baik dan layak untuk dikonsumsi karena
semua berada diatas tingkat kesegaran 50%. Demikian pula dengan rata-rata hasil
pengamatan masing-masing panelis
menunjukkan nilai 73,63% dan juga berada diatas 50% dengan kisaran nilai 45,33%
sampai 91,33%.
DAFTAR PUSTAKA
Hanna, J. 1992. Rapid Microbial Methods
and Fresh Quality Assessment. Dalam Fish
Processing Technology G. M. Hall (ed.). VCH Publisher, Inc.
Muldani, M. 1997. Kemunduran Mutu Ikan
Nila Merah ((Oreochromus sp.) Segar
Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang. Skripsi. Departemen Teknologi Hasil
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Murniyati, A. S dan Sunarman. 2000.
Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Nogueras, S. B., Bover-Cid, S.
Veciana-Nogues, Vidal-Carou, M. C. 2002. Chemical and Sensory Changers in
Mediterranean Hake (Merluccius merluccius)
Under Refrigeration (6-8oC) and Stored in Ice. J. Agric Food Chem
50:6504-6510.
Septiarini, T. 2008. Karakteristik Mutu
Ikan Tenggiri (Scomberomorus commersonii)
di Kecamatan Manggar Kabupaten Belitung Timur. Skripsi. Program Studi Teknologi
Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Soekanto. 1985. Penilaian Organoleptik
Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Soekarto, S. T. 1990. Dasar-dasar
Pengawasan Standarisasi Mutu Pangan. IPB Press. Bogor.
Stansby, M. E. 1993. Industrial Fishery
Technology. London. Reinhold Publ. Co Chapman and Hall Ltd.
Sudihastuti, D. 2008. Analisis
Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Ikan Laut Segar di Kecamatan
Sukmajaya Kota Depok Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Bisnis dan
Ekonomi Perikanan-Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Sufianto, B. 2004. Kemunduran Mutu Ikan
Patin (Pangasius hypophthalmus) Segar
Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang. Skripsi. Departemen Teknologi Hasil
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Susianawati, R. 2006. Kajian penerapan
GMP dan SSOP pada Produk Ikan Asin Kering Dalam Upaya Peningkatan Keamanan
Pangan di Kabupaten Kendal. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya
Pantai. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Taher, N. 2010. Penilaian Mutu
Organoleptik Ikan Mujair (Tilapia
mosambica) Segar Dengan Ukuran yang Berbeda Selama Penyimpanan Dingin.
Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume VI No. 1 April 2010.
Yunizal dan S. Wibowo. 1998. Penanganan
Ikan Segar. Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Jakarta.